Kamis, 11 Maret 2010

KASIH

Entah sejak kapan mulainya, manusia sudah terlalu sibuk dengan urusan: ingin lebih bertambah kaya, ingin lebih bertambah pandai, ingin lebih populer, ingin lebih berkuasa, dan seterusnya. Ujung-ujungnya tidak sedikit manusia yang terjerat oleh pelbagai bentuk situasi “frustasi”, merasa gagal, merasa tidak bisa meraih cita-citanya. Tidak hanya itu. Tidak sedikit pula manusia yang rela mengorbankan orang lain hanya demi kekuasaan, jabatan, kesuksesan, gengsi, dan ambisi-ambisi pribadinya.

Bunda Theresa dalam salah satu bukunya menulis demikian: “ Didalam akhir hidup kita, kita tidak akan dihakimi dengan seberapa banyak gelar yang kita miliki, atau seberapa banyak uang yang telah kita kumpulkan, atau seberapa banyak perkara besar yang telah kita lakukan, Kita akan di hakimi dengan ‘Ketika Aku lapar kamu memberi Aku makanan, Ketika Aku telanjang kamu memberi Aku pakaian, Ketika Aku tidak punya rumah, kamu memberi Aku tumpangan’… Saya tidak tahu pasti seperti apa surga itu, tetapi yang saya tahu adalah ketika kita meninggal, dan pada saatnya Tuhan menghakimi kita, Dia tidak akan menanyakan Berapa banyak perbuatan baik yang kita lakukan dalam hidup kita, tetapi Dia akan menanyakan Berapa banyak kasih yang anda taruh dalam setiap perbuatanmu.”Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus juga menulis demikian: “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. (1 Kor 13:1-3).
Ketika ditanya mengenai hukum yang utama, Yesus menegaskan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Mat 22:37-39).
Dengan pelbagai kutipan ini yakinlah kita bahwa kasih merupakan piranti yang tidak bisa kita lupakan dalam hidup kita. Tetapi justru ternyata sesuatu yang pokok ini sering kita lupakan. Mari kita upayakan berkembangnya budaya kasih, agar hidup kita semakin menjadi sejarah yang saling membahagiakan dan saling menumbuh-kembangkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar