Kamis, 11 Maret 2010

LIMA PESAN NATAL DALAM TAHUN BARU

Ketika merayakan Natal dan Tahun Baru, pertanyaan ini sering kita dengarkan: “Apa kira-kira makna Natal dan Tahun Baru bagi Anda?” Tidak salah jika pertanyaan itu selalu kita ulang, mengingat memang Natal dan Tahun Baru harus kita maknai seiring dengan situasi, pergulatan, dan perkembangan hidup kita. Kali ini saya ingin menyodorkan kepada Anda sebuah refleksi Natal dan Tahun Baru berdasarkan lima keutamaan hidup yang diajarkan dan dihayati oleh Santo Vinsensius, Pendiri Kongregasi Misi (CM) dan Puteri Kasih (PK).
Kesederhanaan:
Santo Vinsensius mengajarkan bahwa kita harus selalu berusaha menjadi pribadi yang sederhana. Yaitu pribadi yang apa adanya, jujur dalam kata dan perbuatan, pribadi yang menjunjung tinggi keselarasan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Inilah makna dari kesederhanaan. Dan sikap ini pulalah yang ingin ditampilkan oleh Yesus dalam peristiwa Natal. Kelahiran Yesus di dunia bertujuan menyelamatkan manusia dari dosa, agar manusia memperoleh kebahagiaan sejati. Dan tujuan inilah yang dalam hidup-Nya dibela dan diperjuangkan sampai mati. Yesus tidak memiliki agenda lain kecuali tujuan ini. Yesus tidak menyembunyikan apa-apa. Yesus tidak mempunyai agenda terselubung. Yesus tidak memiliki saku rahasia.

Kelembutan Hati:
Menurut Vinsensius, orang yang lembut hati adalah orang yang mampu menahan diri dari kemarahan. Orang dikatakan lembut hati juga apabila dia”care”, hangat dalam berelasi, dan berpikir positif tentang orang lain. Pesan ini terlihat sangat jelas dalam peristiwa Natal. Ketika Maria dan Yosef ditolak oleh pemilik penginapan untuk melahirkan Yesus, mereka tidak marah. Sebaliknya mereka tetap menampilkan diri sebagai pribadi yang simpatik dan berpikir positif. Dalam periode-periode selanjutnya dari kehidupan Yesus, kelembutan hati itu kelihatan sangat jelas. Yesus memperhatikan kita. Yesus tidak mengadili kita, seperti yang juga ditunjukkan kepada perempuan yang berdosa (Yoh 8:2-11)

Kerendahan Hati:
Santo Vinsensius memaknai kerendahan hati sebagai kejujuran, keterbukaan, dan kegembiraan sikap dalam menerima dan mengakui segala kelemahan dan ketidak-pantasan kita. Yesus yang adalah Allah sendiri tidak malu lahir sebagai manusia miskin yang ditolak di mana-mana. Yesus juga tidak malu ketika orang-orang disekitarnya meremehkan dan menghina Dia karena Dia adalah anak tukang kayu yang miskin.

Matiraga:
Arti yang paling mendalam dari matiraga menurut Vinsensius adalah sikap yang tidak terikat pada segala sesuatu yang membuat kita tidak leluasa untuk datang kepada Allah. Kemiskinan Natal antara lain juga hendak menunjukkan kepada kita makna matiraga yang sesungguhnya, yaitu agar Yesus tidak terikat oleh apapun di dunia ini, selain oleh Allah. Bahwa Yesus tidak terikat oleh apapun di dunia ini sangat jelas juga kita lihat dalam kisah tentang godaan di padang gurun. (Mat 4: 1-11).

Penyelamatan Jiwa-jiwa:
Penyelamatan jiwa-jiwa adalah totalitas sikap dan tekad untuk membangun relasi yang mesra kepada Allah dan sesama. Dalam peristiwa Natal, pesan ini tidak terlalu sulit untuk kita tangkap. Pesan ini akan semakin jelas kalau kita menghubungkan Natal dan Paskah. Kelahiran dan kematian Yesus di atas kayu salib adalah bentuk yang paling kokrit dari totalitas sikap Yesus untuk menyelamatkan kita agar relasi kita dengan Allah dan sesama yang telah rusak karena dosa menjadi pulih dan mesra kembali.

Natal dan Tahun Baru merupakan dua moment yang terjadi beriringan. Sekiranya Tahun baru kita maknai dalam kerangka pesan-pesan Natal di atas, betapa indahnya hidup kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar