Kamis, 11 Maret 2010

PRIBADI-PRIBADI DI SEKITAR SALIB

Salah satu cara untuk mengisi masa prapaskah, selain dengan pantang dan puasa, doa dan amal, adalah dengan merenungkan tokoh-tokoh yang hadir di sekitar salib. Tokoh utama dalam peristiwa salib adalah Yesus. Dari tokoh utama ini kiranya tidak perlu ada paparan yang panjang lebar, karena fokus kita selama masa prapaskah selalu ke sana.
Sebagai pribadi yang sedang dalam peziarahan untuk meneladan Yesus, kita dapat bercermin pada tokoh-tokoh yang hadir di sekitar salib Yesus. Tokoh pertama yang dapat kita sebut adalah Simon dari Kirene. Dari pelbagai sumber yang ada, kita tahu bahwa Simon dari Kirene adalah seorang kafir, bekerja sebagai tukang kebun. Ketika dipaksa oleh para serdadu romawi untuk memanggul salib Yesus, Simon baru saja pulang dari kerja. Bisa dibayangkan, pada saat itu Simon berada dalam kondisi yang sangat lelah. Reaksi-reaksi seperti marah, jengkel, dan yang semacamnya rasanya juga tidak sulit untuk dipahami, karena selain dalam kondisi sangat lelah, tugas yang dibebankan oleh para serdadu kepada Simon adalah tugas yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan dirinya. Meskipun pada awalnya Simon bergulat dengan aneka bentuk penolakan, tetapi toh pada akhirnya Simon menyediakan diri untuk memanggul salib Yesus.
Simon dari Kirene adalah cermin pribadi yang memiliki beban tersendiri dalam hidupnya, tetapi toh dalam situasi semacam itu dia merelakan dirinya untuk meringankan beban orang lain. Inilah pelajaran berharga yang dapat kita petik dari Simon. Sadar atau tidak kadang-kadang kita terjebak dalam jalan pikiran: “bagaimana mungkin kita bisa menolong orang lain kalau diri kita sendiri terbelit masalah atau beban hidup?” Logika ini tidak seluruhnya salah, tetapi sering kali justru karena logika inilah kita menjauhkan diri dari pelbagai macam bentuk beban hidup yang ditanggung oleh sesama kita.
Simon dari Kirene sekali lagi hendak menyadarkan kita bahwa untuk bersikap solider, berani terjun dalam pelayanan, tidak perlu kita menunggu diri kita sempurna terlebih dahulu. Bahkan pada titik ini kita bisa mengatakan bahwa sering kali solidaritas atau pelbagai bentuk pelayanan adalah piranti yang sangat baik untuk semakin memurnikan diri kita, mencerahkan hidup kita, dan menjadi sumber inspirasi untuk perkembangan hidup kita.
Tokoh yang kedua adalah Veronika. Seperti halnya Simon dari Kirene, Veronika adalah gambaran dari pribadi yang lemah, yang tidak memiliki kekuatan apapun untuk merubah situasi. Menyaksikan Yesus yang sedang menderita memanggul salib pun dia hanya bisa menangis. Tetapi toh dalam ketidak-berdayaannya itu, Veronika masih menyimpan kreatifitas untuk menunjukkan kepedulian dan rasa simpati terhadap Yesus. Mengusap wajah Yesus. Sebuah tindakan yang sangat sepele, tetapi memberikan arti dan kesan yang sangat mendalam bagi Yesus. Dari Veronika kita bisa belajar bahwa sikap peduli kepada sesama yang sedang menderita, tidak selamanya harus dicetuskan melalui hal-hal atau sikap-sikap yang spektakuler. Sebaliknya hal-hal atau sikap-sikap yang sangat sederhana, kecil, sepele, tetapi kita lakukan dengan ketulusan hati, seringkali justru menjadi daya kekuatan yang luar biasa bagi sesama kita yang sedang menderita untuk terus bangkit dan berjuang.
Selain kedua tokoh di atas, kita masih bisa belajar dari Maria dan para murid Yesus. Mereka adalah pribadi-pribadi yang setia menemani Yesus dalam penderitaannya. Dari mereka kita bisa belajar tentang pentingnya kehadiran dalam hidup sesama kita yang sedang menderita. Uang, rumah, kendaraan, dan pelbagai kebutuhan fisik lainnya mungkin sangat diperlukan oleh mereka yang menderita. Tetapi lebih dari semua itu, sesama kita yang menderita sesungguhnya memerlukan kehadiran seorang sahabat. Beranikah dalam masa prapaskah ini kita mengkonkritkan puasa dan pantang kita dengan menjadi sahabat bagi sesama kita yang sedang menderita?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar