Kamis, 04 September 2008

BERTOLAK KE ARAH YANG LEBIH DALAM

Luk 5:1-11: Peristiwa di tepi danau Genesaret, yang dialami Simon Petrus dan teman-temannya, memberikan inspirasi bahwa hidup kita ternyata sungguh kaya. Bahkan mungkin harus dikatakan sangat kaya. Hanya seringkali, dan ini sangat jelas dalam pengalamannya Simon, aneka kekayaan hidup itu tidak kita lihat secara jelas. Mengapa?
• Pertama: karena kita terlalu terpaku pada aneka bentuk pengalaman kegagalan, keterbatasan, kelemahan, dan pengalaman-pengalaman jatuh. Sedih boleh. Menangis juga tidak dilarang. Akan tetapi keterpakuan dan sikap menyerah pada kondisi dan situasi semacam itu tidak saja akan menggiring kita pada sebuah hidup yang kosong, tanpa makna, melainkan juga akan membuat kita tidak bisa menikmati berlimpahnya kekayaan dalam hidup kita.
• Kedua: karena kita tidak berani mencoba untuk memasuki kehidupan ini secara lebih mendalam. Sikap ini penyebabnya bermacam-macam: mungkin karena kita tidak mengerti bahwa di kedalaman hidup kita ada sekian banyak kekayaan yang berlimpah, atau mungkin karena kita terlalu pasrah (dalam arti negative) pada keadaan, atau karena kita merasa tidak berdaya, atau karena kita malas, atau karena kita berpikir bahwa kondisi ini adalah wajar dan karena itu kita cenderung permisif dan easy going, dan seterusnya. Apapun penyebabnya, sikap tidak berani memasuki hidup yang lebih mendalam adalah bukti sebuah kedangkalan hidup.
• Yesus memanggil kita untuk bertolak ke arah yang lebih dalam. Maksudnya adalah kita diajak untuk terus berjuang menaklukkan segala bentuk kelemahan dan keterbatasan kita. Pada point ini St. Vinsensius menyodorkan lima jalan yang sangat praktis, kendati dalam tataran pengalaman tidak selalu mudah dilaksanakan. Lima jalan itu adalah: kesederhanaan, kerendahan hati, kelembutan hati, matiraga, dan antusiasme dalam hidup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar